Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Sebagai seorang muslim, hal yang wajib kita lakukan di dunia ini adalah ibadah kepada Allah semata, itulah tujuan kita diciptakan-Nya. Dengannya, kita akan ditinggikan derajat di sisiNya, dicintai olehNya dan diselamatkan di dunia dan akhirat. Alangkah mulia seseorang yang dapat menjadikan setiap kegiatannya, langkahnya, gerak-geriknya, tabiatnya setiap hari bernilai ibadah di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Allahumma aamiin. Aku awali tulisan ini dengan berdoa, semoga kita semua diberikan hidayah dan taufiq-oleh Nya untuk terus berada di jalan ini sampai kapanpun, wahai saudaraku tercinta di manapun kau berada.
Pentingnya Mencari Ilmu
Mengapa kita harus mencari ilmu?
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (QS. Ath-Thalaaq: 12)
Ayat di atas merupakan dalil tentang keutamaan ilmu, terutama ilmu tentang tauhid. Di mana ilmu merupakan tujuan diciptakannya bumi, langit dan alam akhirat. Agar kita mengetahui bahwa Allah lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dalam suatu hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim” (HR Ibnu Majah, As-Sunan: 224)
Hukum menuntut ilmu dalam agama Islam adalah fardhu. “Fardhu dalam ilmu fiqh,” Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya Fiqh Islam wa Adillatuhu menjelaskan, “ialah sesuatu yang dituntut oleh syara’ supaya dikerjakan, dan tuntutan itu berdasarkan dalil qath’I yang tidak ada kesamaran. Bagi orang yang melaksanakannya mendapatkan pahala, bagi yang meninggalkannya akan dihukum (disiksa) dan bagi yang mengingkarinya dihukumi kafir.” (Az-Zuhaili, Fiqh Islam wa Adillatuhu 58)
Jika ada yang bertanya kembali, mengapa menuntut ilmu dihukumi wajib? Aku sudah menyebutkannya sedikit di pendahuluan,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Beribadah kepada Allah hanya bisa dilakukan jika seseorang memiliki ilmu mengenai yang ia sembah, dan bagaimana tata cara serta syarat-syaratnya. Sungguh bodoh orang yang melakukan ibadah tanpa memiliki ilmu apapun atasnya. Karena diterimanya suatu amalan sebagaimana disepakati para Jumhur ‘Ulama memiliki dua syarat, yaitu ikhlas karena Allah ta’ala dan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Imam Hasan Al-Bashri pernah mengatakan, “Tuntutlah ilmu tanpa melalaikan ibadah. Dan taatlah beribadah tanpa lupa menuntut ilmu.”
Jika ada yang kembali bertanya, manakah di antara ilmu dan ibadah yang lebih utama?
Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali rahimahumullah dalam kitab terakhirnya Minhajul ‘Abidin menuliskan dua alasan mengapa ilmu lebih utama dari ibadah.
- Agar ibadah itu dipraktekkan secara benar. Beliau menjelaskan hal tersebut berkaitan tiga jenis ilmu yang wajib diketahui seseorang.
- Ilmu Tauhid. Seorang muslim setelah bersyahadat memiliki konsekuensi untuk mengetahui sifat-sifat RabbNya dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hamba serta RasulNya yang jujur dan amanah. Seseorang yang beribadah wajib mengetahui tentang Zat yang harus ia sembah. Ini sangat penting karena bisa saja seseorang mengi’tikadkan sesuatu yang tidak layak pada-Nya sehingga semua ibadahnya menjadi sia-sia. Wa iyyadzubillah.
- Ilmu Fiqh atau syariat. Seorang ahli ibadah, lanjut Imam Al-Ghazali, wajib memiliki ilmu tentang ibadah yang disyariatkan dan dinyatakan fardhu ‘ain, seperti bersuci, shalat, puasa, zakat, haji dan lainnya beserta hukum dan syaratnya agar dapat melaksanakan ibadah dengan benar. Hal tersebut merupakan fardhu ‘ain. Adapun ilmu untuk mematahkan argumentasi agama orang-orang kafir dan semua ahlul bid’ah, maka hal itu merupakan fardhu kifayah. Ini semua agar ibadah kita sesuai dengan sunnah dan jauh dari bid’ah.
- Ilmu Sirri, ilmu yang berkaitan dengan hati dan penyakit-penyakit spiritual. Seperti yang sudah disebutkan di muka, bahwa ikhlas merupakan salah satu syarat diterimanya sebuah amal dan itu merupakan perbuatan hati. Seorang muslim hendaknya mengetahui tentang tawakkal, ridho, sabar, tobat, ikhlas dan lainnya karena perintahnya di Al-Qur’an sangat banyak. Serta menjauhi yang dilarang seperti amarah, thulul amal (panjang angan-angan), riya’, dan sombong. Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah dari hal-hal yang demikian. Allahumma aamin.
- Karena ilmu yang bermanfaat itu akan menciptakan perasaan takut kepada Allah dan segan terhadap-Nya. Allah berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ‘ulama” (QS. Fathir: 28)
“Orang yang tidak mengenal Allah secara benar,” lanjut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya, “tidak akan segan, hormat, dan takut (khusyu’) kepada-Nya. Maka dengan ilmu, seorang hamba mengetahui, mengenal, dan mengagungkan-Nya, menumbuhkan ketaatan dan menghilangkan kemaksiatan seluruhnya dengan taufiq dari Allah ta’ala”
Fadhillah Mencari Ilmu
Sungguh banyak keutamaan-keutamaan yang didapatkan seorang muslim ketika mencari ilmu. Di sini, aku hanya akan mengemukakan sedikit saja seperti yang sudah tertulis dalam kitab Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali yang sangat fenomenal.
“…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujaadilah: 11)
“…Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar: 9)
“Sesungguhnya para malaikat benar-benar meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena merasa senang dengan apa yang diperbuatnya” (HR Imam Ahmad, Al-Musnad 4/239)
“Sesungguhnya bila engkau berangkat di pagi hari lalu menuntut satu bab ilmu adalah lebih baik daripada kamu melakukan shalat sebanyak seratus raka’at” (HR Ibnu Majah, As-Sunan 219)
Abu Darda pernah mengatakan, bahwa barangsiapa yang menganggap bahwa berangkat di pagi hari untuk menuntut ilmu bukanlah jihad, maka sesungguhnya akalnya sudah berkurang.
Nasihat para ‘Ulama
“Ilmu itu sangat penting,” Syaikh Az-Zarnuji menulis dalam kitabnya Ta’lim Muta’allim, “karena ia adalah perantara atau sarana untuk menjadi orang bertaqwa. Dengan ketakwaan inilah manusia menerima kedudukan terhormat di sisi Allah sebagaimana diangkatnya derajat Nabi Adam ‘alaihis salam di atas para malaikat sehingga mereka diperintah olehNya untuk bersujud kepada Nabi Adam.”
Muhammad bin Al Hasan bin Abdullah pernah membuat syair berikut.
Belajarlah! Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya,
dia merupakan fadhl (kelebihan), dan pertanda segala pujian,
Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu.
Dan berenanglah di lautan ilmu yang bermanfaat.
Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul.
Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa, ilmu paling lurus untuk di pelajari.
Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk.
Ia laksana benteng yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan.
Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’
lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.
“Ilmu,” jelas Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, “dapat menghidupkan hati yang buta, menjadi penerang jiwa dari kegelapan, penguat jasmani dari kelemahan sehingga dapat mengangkat derajat hamba ke tingkat golongan orang-orang sholeh. Dengan ilmu,” lanjut beliau, “manusia taat kepada Allah ta’ala, menyembah-Nya, meng-Esakan-Nya, bersikap rendah hati, menyambung dan mempererat silaturahmi dan meraih kebahagiaan.”
Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I rahimahumullah pernah membuat nasihat tentang ilmu pada salah satu sya’irnya berikut.
Belajarlah agama sebelum engkau diangkat menjadi pemimpin
Dan bila engkau telah diangkat menjadi pemimpin, maka engkau tidak sempat untuk belajar
Bersabarlah…
Atas kerasnya seorang guru
Karena kekokohan ilmu itu berada dalam kerasnya seorang guru
Barangsiapa tidak merasakan pahitnya belajar
Dia akan meminum hinanya kebodohan selama hidupnya
Barangsiapa yang melewatkan mencari ilmu pada saat muda
Maka bacakan takbir 4 kali padanya karena sesungguhnya dia mati
Demi Allah
Hidup seorang pemuda itu tergantung ilmu dan takwa
Bila keduanya tidak ada, maka eksistensinya tidak dianggap
Penutup
Sebagai penutup, aku sebagai hamba Allah yang masih penuh faqir dalam ilmu ini, ingin berdoa bersama kalian semua wahai saudaraku tercinta. Semoga kita selalu diberikan taufiq dan hidayah-Nya untuk terus berada di jalan menuntut ilmu, semoga Allah selalu menjaga kita berada dalam sunnah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wasallam, dan dijauhkan dari segala bid’ah, dan semoga kita selalu mencintai ilmu dan agama ini untuk mendapatkan ridho-Nya semata. Akhir kata, aku mengutip perkataan guruku, Almarhum Mama Abdullah bin Muhammad Nuh, “Tiada hari tanpa mengaji (belajar), mengejar ridho Ilahi Robbi”
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Oleh:
Danindra Andri Hidayat – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia angkatan 2014