Muliakanlah

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Sahabat 🙂

Alhamdulillah pada kesempatan kali ini kita semua masih diberi kesempatan untuk bisa melihat dan (mungkin) mengonsumsi makanan yang ada pada gambar di atas.

Lalu, apa sih hubungannya gambar di atas dengan judul memuliakan seseorang? Kiranya, telinga kita sudah tidak asing lagi dengan istilah “dikacangin”. Yap. Istilah kekinian yang bermaksud tidak menghiraukan perkataan atau perbuatan orang lain yang ditujukan kepada lawan bicara.

Pernah nggak sih diperlakukan seperti itu? Rasanya tuh… baik-baik saja ya, in syaa Allah 🙂 Atau justru kita yang pernah melakukan hal seperti itu? Tidak menghiraukan perkataan atau perbuatan teman kita sendiri, orang lain, bahkan orang tua kita. Astaghfirullah.

Wah, berbicara soal orang tua, adalah hal yang tidak patut apabila kita tidak menghiraukan mereka. Apalagi hal ini sudah dilarang oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Qur’an Surah Al-Israa’ ayat 23-24.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”.” (QS. Al-Israa’ 17: 23-24)

Berbuat baik

Mungkin di antara kita ada yang pernah berkata “ah, aku tidak diajari yang baik oleh orang tuaku”, “ah begini”, “ah begitu”, sampai kita merasa jengkel sendiri dengan orang tua kita. Astaghfirullah.

Sementara, ayah kita jarang sekali berkata bahwa ia bekerja dari pagi hingga sore bahkan malam dalam rangka mencari nafkah – membiayai kebutuhan kita, tidak pernah menyesal ketika dulu mengajak kita bermain, menggendong kita ke sana kemari untuk menciptakan senyuman menyeringai dari pipi kita. Ibu, yang hampir tidak pernah mengeluh telah berjuang mempertahankan kita semasa dalam kandungan, berjuang melahirkan kita, berharap tidak ada yang cacat pada diri kita, berharap agar kelak kita menjadi orang yang baik. Tapi, pantaskah perkataan-perkataan kita di atas ditujukan untuk kedua orang tua kita?

Oleh karenanya, tak heran apabila kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka. Baik dalam keadaan lapang maupun terpaksa.

Tidak berkata “Ah”

“…maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’…”

Kata “uffin” di sini tidak hanya bermakna sebuah ucapan “ah” kepada kedua orang tua kita. Tetapi segala sesuatu yang membuat hati orang tua sakit atas perbuatan kita.
Seperti apa? Ketika kita berpaling pergi – tidak mengindahkan ucapan-ucapan dan saran dari mereka. Ketika kita menolak permintaan ibu kita semisal hanya minta dibelikan telur ke warung, tapi kita sibuk sendiri mengerjakan tugas kuliah. Ketika kita menolak permintaan ayah kita yang hanya minta dibuatkan kopi, sedang kita sibuk dengan gadget kita dan malah meminta orang lain yang membuatkannya.
Semua hal yang bermaksudkan penolakan terhadap apa yang diinginkan kedua orang tua kita (sejauh tidak bertentangan dengan Agama) bisa jadi termasuk “uffin”.

Tidak membentak

“…dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia…”

Seringkali kita mengomel kepada orang tua kita hanya karena masalah sepele, misalnya ketika orang tua kita tiba-tiba datang ke kosan dan memindahkan beberapa barang di kamar kita ke sisi yang lain, atau ketika orang tua kita melakukan kesalahan kecil di mata kita, lalu kita beritahu mereka…

“Iih, Ibu, bukan kayak gitu”, “Ayah gimana sih, masa gini aja nggak ngerti”

…bisa jadi, perkataan yang biasa menurut kita, menjadi menyakitkan di hati mereka.

Lalu kita harus bagaimana? Ucapkanlah perkataan yang menyenangkan hati mereka. Jika kita kesal, maka bersabarlah dan do’akan kebaikan untuk kedua orang tua kita. Karena salah satu dari 10 dosa besar yang diklasifikasikan oleh Ustadz Yusuf Mansur ialah Durhaka kepada Orang Tua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“maukah aku kabarkan kepada kalian mengenai dosa-dosa besar yang paling besar? Beliau bertanya ini 3x. Para sahabat mengatakan: tentu wahai Rasulullah. Nabi bersabda: syirik kepada Allah dan durhaka kepada orang tua.” (HR. Bukhari-Muslim)

Sungguh, memuliakan orang tua lebih utama dibandingkan memuliakan orang-orang yang kita hormati, yang kita kagumi. Maka bersikap santunlah kita kepada kedua orang tua kita melebihi santun kita kepada para ulama. Karena ridha Allah bisa didapat melalui berbakti kepada orang tua.

Mudah-mudahan kita dimasukkan ke dalam golongan orang yang dilembutkan hati, pikiran, perkataan, dan perbuatannya kepada kedua orang tua kita. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

Referensi:
https://www.youtube.com/watch?v=ZkexuaGKWQM
http://wisatahatiyusufmansur.com/yusuf-mansur/10-dosa-besar-menurut-ustad-yusuf-mansur/

Durhaka Kepada Orang Tua Adalah Dosa Besar

 

Oleh:

Sayyidatul Azizah – Mahasiswi FKUI 2015

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *