Menuai Masa Lalu, Mensyukuri Masa Sekarang, Mengemban Masa Depan

“Setiap orang suci memiliki masa lalu, dan setiap pendosa memiliki masa depan” – Oscar Wilde P

Pernahkah Anda mendengar pernyataan di atas? Jika Ya, saya ucapkan selamat karena Anda telah menanamkan salah satu perspektif kehidupan yang baik. Jika tidak, maka baru saja Anda memperbaharui perspektif kehidupan Anda. Saat ini tidak sedikit orang yang mengklaim bahwa individu yang berdosa tidak memiliki kesempatan menyongsong masa depan yang cerah, apakah benar? Atau sebaliknya, ketika melihat orang yang berbuat baik, apakah dia tidak pernah berbuat buruk pada satu, dua, atau sepuluh tahun yang lalu?

Memang tidak ada yang tahu secara pasti kecuali Allah SWT. Jadi, pernyataan Oscar Wilde mengajarkan kita untuk selalu memandang orang dengan prasangka baik dan hindari penanaman label buruk. Mengapa? Karena kita tidak tahu amalan mana yang diterima Allah, kapan Allah membolak balikkan hati, dan siapa yang Allah ridhoi menjadi penghuni surga. “Jauhilah sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, mematamatai, janganlah kamu berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi dan janganlah kamu benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allah bersaudara.” (HR. Bukhori)

Kesimpulannya setiap individu dapat berubah sekiranya dia mau berusaha dan mau belajar serta tidak lupa bahwa komponen utama dalam berusaha dan belajar ialah karena Allah.

Menyusun lini masa kehidupan

“Al Qur’an adalah kitab sempurna yang berisi masa lalu, masa sekarang, masa depan. Masa lalu adalah sejarah, ambil pelajaran penting darinya. Masa sekarang adalah syukur, perilaku balasan terpuji atas nikmat Allah yang tidak terhitung. Masa depan adalah akhirat, kepastian yang akan dihadapi kemudian setiap insan” Proses berusaha dan belajar tidak dapat terlepas dari tiga dimensi waktu yakni masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Dalam setiap dimensi terdapat pengetahuan yang melancarkan proses jenjang kehidupan selanjutnya.

Menuai masa lalu

Masa lalu adalah sejarah yang tidak mungkin kembali. Pelajaran dari sejarah tidak terbatas waktu dan subyek, artinya kita dapat melihat ke kejadian-kejadian sebelum dan sesudah kita lahir. Kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman siapapun, terutama yang diberitakan Al Quran, contoh: keluarga Imran, Nabi Nuh, dan Nabi Muhammad, untuk mencapai tingkat ketakwaan yang lebih baik.

Adapun adab yang harus diutamakan dalam mengambil pelajaran sejarah yaitu mengetahui: 1. Apa yang terjadi di masa lalu 2. Mengapa bisa terjadi 3. Pelajaran yang diambil
Tujuan dari poin di atas adalah menghindari penggunaan ilmu yang tidak pada tempatnya, pengecualian pada pelajaran yang sifatnya umum.

 

Bagaimana mensyukuri masa sekarang dan mengemban masa depan? Ingin tahu kelanjutannya? Baca selengkapnya di :

 

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *