Menjadi Dekat Itu Pilihan

Pernah mendengar seseorang berkata, “hidayah itu seperti cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah”? Katanya, apabila jendelanya dibiarkan terbuka, akan masuk cahaya sebanyak ruang yang diberikan, sementara apabila tertutup, seterang apapun cahayanya, rumah yang gelap akan tetap gelap.

Aku percaya bahwa kamu yang membaca pesan ini, mengerti benar teori ini.

Namun, percaya gak , bahwa Allah subhanahu wa ta’ala, zat yang Maha Agung, Maha Besar, Maha Kuasa, dan dengan seluruh ke-Maha-annya, se-mau itu, se-ingin itu, se-berharap itu untuk kamu membukakan jendela rumahmu agar cahayanya (re: hidayah-Nya) bisa masuk ke rumahmu?

Dalam suatu surat, Allah berfirman:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

Turunnya ayat ini (sebagaimana diriwayatkan oleh Muawiyah bin Haidah) bersangkutan dengan seorang Arab dusun yang mendatangi Rasulullah SAW dan bertanya kepadanya, “Apakah Allah itu dekat sehingga kami memohon kepada-Nya dengan lirih ataukah Dia jauh lalu kami memohon kepada-Nya dengan berseru?”

Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa Ia begitu dekat dengan hamba-Nya, bahkan ketika Rasulullah ditanyakan mengenai Allah (“dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku”), Allah sendiri yang secara langsung menjawab, “sesungguhnya Aku dekat”.

Allah tidak mengatakan, “Katakanlah bahwa aku dekat”, melainkan “Sesungguhnya Aku dekat.” Allah sendiri yang langsung menjawab bahwa ia dekat! Wah.

Namun, namun, bukan hanya itu. Allah juga berjanji bahwa Ia mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila orang tersebut memohon kepada-Nya. Diulangi: Orang yang berdoa apabila orang tersebut memohon kepada-Nya. Tanpa syarat, tanpa hanya menginklusi orang-orang ‘alim saja atau orang-orang “hebat” lainnya, melainkan sesederhana “orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”, bahkan tidak perlu dengan berseru. Wah yang kedua.

Namun lagi, kembali kepada hidayah dan jendela yang kita buka, dalam ayat ini Allah berfirman, “hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.”

Allah se-ingin itu kita berada dalam kebenaran, lho! Allah tidak memerintahkan kita untuk beriman kepada-Nya untuk keuntungan Allah, karena tentu saja Allah Maha Kaya, Maha Besar, Maha Memiliki segalanya. Namun sebaliknya, Allah memerintahkan kita untuk beriman kepada-Nya untuk kita sendiri, untuk kebaikan kita. Kurang baik apa dan kurang lembut apa cinta-Nya sampai-sampai ia berharap kita untuk selalu berada dalam kebenaran?

Maka di sini tentu saja, kita memiliki peran besar untuk berada dalam kebenaran, yaitu dengan memenuhi perintah-Nya dan beriman kepada-Nya. Dalam surat Ar-Ra’d ayat 11, Allah berfirman:
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Maka kemudian, menjadi dekat pada dasarnya merupakan sebuah pilihan. Mendekat pada kebaikan atau pada keburukan. Mendekat pada Allah atau pada yang selain Allah. Mendekat pada yang diperintahkan oleh Allah atau pada yang dilarang oleh Allah. Pada yang fana atau pada yang abadi. Pada ketaatan, atau sebaliknya.

Tentang apa yang diperintahkan dan dilarang Allah telah dijelaskan selengkap-lengkapnya dalam Al Quran. Tanda-tandanya, tentu juga telah banyak diterangkan. Maka menjadi pilihan kita pula: mengikuti petunjuk-Nya, atau membiarkannya lalu.

Karena seringkali kita mengetahui, namun menolak. Atau mengetahui, namun sebagian diri menolak. Atau mengetahui, namun sepersebagian diri menolak. Hingga kita belum juga bergegas mendekat. Hingga kita belum memulai perpindahan ke arah-Nya.

Tunggu apalagi? Allah begitu dekat. Jangan sampai kita menolak kedekatan itu dengan batas yang kita buat sendiri, yang kemudian membuat kita berpikir bahwa hidayah-Nya belum sampai pada kita, atau terlebih, mengapa Allah begitu jauh?

Ayo buka jendelamu, biarkan cahaya-Nya masuk menerangi rumahmu.
Allah telah siap mendekat pada kita; kita?

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

 

Sumber:
1. https://www.youtube.com/watch?v=LKLz52dL1v0
2. http://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-186#tafsir-quraish-shihab
3. http://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-186#tafsir-jalalayn
4. http://www.dakwatuna.com/2010/07/16/6548/allah-itu-dekat/#axzz4dfUh0KQU
5. http://www.ibnukatsironline.com/2015/06/tafsir-surat-ar-rad-ayat-10-11.html
6. http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-186.html
7. https://rumaysho.com/2544-faedah-tauhid-5-allah-selalu-mengingat-hamba-yang-mengingat-nya.html

1 comment on “Menjadi Dekat Itu Pilihan”

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *