Ketika Kau Bersedih

 

Manusia adalah makhluk Allah yang memiliki hati untuk merasa. Ada kalanya suatu hal bisa membuat seorang manusia merasa begitu senangnya, namun ada kalanya pula suatu sebab menjadikan manusia merasa sedih tak terkira. Kedua hal tersebut akan silih berganti menghiasi hari-hari manusia di dunia.

Sebagai seorang muslim, hendaknya perasaan senang dan sedih yang dirasakan diekspresikan dengan sikap yang benar sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,

“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)

Sabar bagi sebagian orang diartikan sebagai kata yang mudah untuk diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. Sering disalahartikan sebagai sesuatu yang ada batasnya, padahal merupakan rasa yang tidak bertepi. Sabar yaitu ketika hati sedih dan jiwa meronta namun lisan tetap tidak mengeluarkan kata-kata yang mencela serta tidak melakukan perbuatan yang menunjukkan sikap tidak terima dengan takdir Allah.

Kebanyakan orang akan merasa terpukul manakala ditimpa oleh suatu musibah. Bagi mahasiswa kedokteran misalnya, mendapatkan nilai ujian yang jelek atau remedial pada suatu modul merupakan musibah akademis yang dirasakan menyayat hati dan menghancurkan masa depan. Namun saudaraku, percayalah bahwa sesungguhnya musibah yang dirasakan telah tertulis jauh sebelum kita diciptakan bahkan sejatinya musibah itulah yang akan menghapus dosa kita dan mengangkat derajat kita bila kita menyikapinya dengan bersabar.

Allah Ta’ala berfirman,

(22)يَسِيرٌ اللَّهِ عَلَى ذَلِكَ إِنَّ نَبْرَأَهَا أَنْ قَبْلِ مِنْ كِتَابٍ فِي إِلَّا أَنْفُسِكُمْ فِي وَلَا الْأَرْضِ فِي مُصِيبَةٍ مِنْ أَصَابَ مَا

(23)فَخُورٍ مُخْتَالٍ كُلَّ يُحِبُّ لَا وَاللَّهُ آَتَاكُمْ بِمَا تَفْرَحُوا وَلَا فَاتَكُمْ مَا عَلَى تَأْسَوْا لِكَيْلَا

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid: 22-23)

Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda yang artinya,

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan keletihan, kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya.” (HR. Bukhari)

Beberapa tips yang dapat menjadikan diri kita lebih bersabar dalam menghadapi suatu musibah:

  • Bersyukur bahwa musibah yang menimpa hanya sampai demikian, dan tidak lebih besar lagi.

“Bersyukurlah ketika kamu harus remedial OSCE, tidak harus sampai mengulang modul KKD.”

  • Renungkan dan pahamkan diri kita bahwa musibah itu hanya terkena pada dunia yang bisa datang dan pergi, bukan pada agama yang akan lebih abadi hingga di akhirat.
  • Segala sesuatu yang terjadi telah ditakdirkan dan tertulis dalam Lauhul Mahfuzh yang dijaga langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga tidak mungkin salah sasaran. Ingatlah bahwa masih ada lembaran lain yang belum terjadi sehingga tetap semangat menyongsong masa depan.
  • Berhusnudzan kepada Allah bahwa Allah ingin menghapus dosa kita atau meninggikan derajat kita. Tentunya jika dosa kita dibalas di akhirat, pembalasannya akan lebih berat dibandingkan di dunia.

Demikian artikel mengenai sikap menghadapi suatu musibah dan menyikapi kesedihan yang dialami. Semoga dapat memberikan secercah cahaya bagi saudaraku fillah yang sedang dirundung rasa sedih atas sebab apapun. Selalu ingat bahwa jika Allah memberimu suatu cobaan, maka Dia pasti tahu kamu kuat menghadapinya dan sanggup melewatinya.

Wallahu a’lam.

Oleh Meudia Syahidah (mahasiswa FKUI angkatan 2013)