Bulan Agustus merupakan salah satu bulan terpenting bagi masyarakat Indonesia. Walaupun peringatan-peringatan di bulan Agustus bukanlah yang terbanyak, di bulan ini kita memperingati lahirnya negara kita: Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemerdekaan ini tentunya hanya dapat kita raih “atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa,” seperti yang tertulis pada Pembukaan UUD 1945.
Seseorang dapat kita sebut merdeka jika hak asasi manusia (HAM) yang dimilikinya tidak dilanggar oleh pihak mana pun. Kita sebagai Muslim seharusnya bersyukur karena Islam sejak awal telah menjamin HAM kita. Namun, pantaskah status “merdeka” diberikan kepada seorang Muslim yang terjamin HAMnya sedangkan di dalam dirinya masih terbelenggu sifat buruk dan pengaruh dari pihak luar?
Islam dan HAM
Islam sebagai agama yang paling sempurna secara intrinsik mendukung terjaminnya hak asasi manusia. Sifat-sifat Islam yang mendukung HAM itu akan dijelaskan berikut ini.
Mengakui Martabat dan Kesetaraan Manusia
Islam menghargai hak asasi manusia berdasarkan dua prinsip dasar: martabat dan kesetaraan. Allah telah menempatkan manusia di posisi yang mulia, dan yang membedakan kemuliaan setiap individu hanyalah kepatuhannya kepada Allah. Namun, manusia yang mulia di mata Allah tidak mendapat hak khusus di dunia, sehingga hak setiap manusia adalah sama, baik laki-laki maupun perempuan. Hal-hal ini dinyatakan Allah dalam ayat-ayat Al-Quran berikut ini.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra: 70)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al-Hujurat: 13)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun. (At-Taubah: 124)
Menghargai Hak Hidup
Islam melarang penganutnya untuk mengambil nyawa orang lain tanpa sebab yang dibenarkan. Larangan ini terdapat di QS. Al-Maidah ayat 32 berikut ini.
“…barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya….”
Keadilan
Keadilan selalu dijunjung tinggi dalam Islam. Setiap Muslim dituntut untuk selalu memihak kebenaran dan berlaku adil.
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Madinah: 8)
Keadilan dalam Islam menyebabkan seorang Muslim yang dirugikan oleh orang lain tidak membalas kesalahan itu dengan sesuatu yang lebih buruk dari kesalahannya. Terlebih lagi, Islam lebih mengutamakan memaafkan daripada pembalasan.
Toleran terhadap Agama Lain
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 256, “Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan.” Ayat ini tentunya tidak menyatakan bahwa seluruh agama itu benar (paham pluralisme). Justru sebaliknya, Islam sudah jelas merupakan satu-satunya agama yang benar sehingga tidak diperlukan adanya paksaan. Ayat ini menunjukkan adanya toleransi dari umat Muslim terhadap umat yang beragama lain dalam menghargai hak beragama.
Islam Agama Kasih Sayang
Kasih sayang sangat ditekankan dalam Islam. Hal ini terlihat dari kedua sifat Allah yang terdapat pada lafal Basmalah yang selalu kita baca: Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Bahkan dalam QS. Al-An’am ayat 12 dan 54, Allah “menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang.” Ayat ini menunjukkan bahwa Allah mewajibkan diri-Nya untuk mengasihi dan menyayangi hamba-Nya.
Hak Hidup Layak
Islam sangat peduli dengan keadaan sosioekonomi masyarakat. Setiap Muslim secara parsial bertanggung jawab terhadap keadaan orang miskin di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. Az-Zariat ayat 19, “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.”
HAM Sudah Terjamin, Apakah Kita Benar-Benar Sudah Merdeka?
Sudah lebih dari tujuh puluh tahun negara kita merdeka. Dengan waktu selama itu, mungkin kita sempat berpikir bahwa kita telah benar-benar terbebas dari semua belenggu, atau setidaknya terbebas dari pengaruh buruk bangsa lain. Apakah pemikiran seperti itu benar?
Hedonisme
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menyebut seseorang “hedonis” jika orang itu hidup hanya mencari kenikmatan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan kesejahteraan dirinya atau orang lain. Dengan kata lain, gaya hidup hedonistik ini hanya melibatkan hawa nafsu sebagai pedoman hidup. Di Indonesia sudah lama kita temukan orang-orang yang menganut hedonisme. Kemunculan hedonisme ini dipicu oleh adanya pengaruh dari negara lain, terutama melalui media hiburan dan media sosial.
Hedonisme dapat memunculkan sifat-sifat buruk dalam diri kita. Seorang hedonis dapat mengembangkan sifat narsisme berlebihan yang bisa berujung pada sifat sombong. Selain itu, rasa malu dan kepekaan terhadap kondisi sosial di lingkungan dapat hilang. Perilaku konsumtif seorang hedonis juga merupakan sifat boros dan dapat memberikan dampak buruk terhadap kondisi finansialnya.
Seorang Muslim seharusnya dapat memerdekakan diri dari hawa nafsunya. Kita harus sadar bahwa hidup di dunia beserta kenikmatannya hanya sementara. Kita harus menyeimbangkan upaya kita mengejar dunia dengan ambisi hidup bahagia di akhirat. Pengaruh buruk negara lain juga harus diseleksi agar gaya hidup kita tetap sesuai dengan syariat Islam.
Terorisme
Kemerdekaan dan kedamaian dunia telah beberapa kali dirusak oleh para teroris yang membawa-bawa nama Islam. Tanpa pemahaman mengenai Islam yang benar, seorang Muslim yang paling rajin beribadah pun dapat terbelenggu oleh pikiran sesat teroris.
Islam tentu saja menolak segala bentuk tindakan terorisme. Seperti yang disebut di atas, Islam sangat menghargai hak asasi manusia termasuk hak hidup. Islam sangat melarang pembunuhan orang tak bersalah. Bahkan dalam perang sekali pun, Rasulullah melarang pembunuhan orang tua, anak-anak, wanita, rahib yang tidak terlibat dalam perang. Tawanan perang juga harus diperlakukan dengan baik sampai diputuskan ia bersalah atau tidak.
Benteng terkuat yang dapat melindungi diri dari pemikiran-pemikiran terorisme adalah pemahaman Islam yang adekuat. Kita harus selalu ingat bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan toleran. Oleh karena itu, kita dapat mulai giat menuntut ilmu kepada sumber-sumber yang terpercaya dan tidak menyesatkan.
***
Kemerdekaan diri sering kali tidak banyak diperhatikan. Sebagai Muslim, kita mungkin merasa diri kita adalah individu yang merdeka selama HAM kita tidak diganggu orang lain. Agama kita juga menjamin adanya penghargaan terhadap HAM, sehingga semakin kuatlah anggapan kita bahwa kita adalah individu yang merdeka. Namun, secara tidak sadar kita bisa saja masih dikekang oleh hawa nafsu diri dan pengaruh-pengaruh buruk dari pihak luar. Dengan menyadari hal ini, penulis berharap kita semua dapat semakin giat memperbaiki diri untuk mengejar kemerdekaan sejati yang diridhai oleh Allah SWT.
Referensi
http://www.huffingtonpost.com/akbar-ganji/islam-and-human-rights_b_6812760.html
http://www.whyislam.org/islam123/human-rights-in-islam/
https://muslim.or.id/1851-tafsir-ayat-laa-ikraha-fiddiin.html
http://tafsirq.com/6-Al-An’am/ayat-12#tafsir-quraish-shihab
http://www.iep.utm.edu/hedonism/#SH1b
https://www.islampos.com/5-bahaya-hedonisme-228268/
https://hizbut-tahrir.or.id/2016/07/12/tinggalkan-gaya-hidup-hedonis/
http://www.whyislam.org/what-does-islam-say-about-terrorism/#
http://syamina.org/syamina51-Etika-Perang-dalam-Islam.html
Penulis: Abdillah Yasir Wicaksono, FKUI 2015
1 comment on “Kemerdekaan Diri ala Islam”