Kami Muslim, Banggakah?

Kami Muslim, Banggakah?

 

Bangga muncul sebagai cerminan seseorang atau suatu kaum yang merasa memiliki keunggulan tertentu. Seringkali kaum Muslimin melupakan kebanggaan dan rasa syukur atas nikmat hidayah-Nya untuk merasakan keindahan Islam sebagai agama yang sempurna. Bahkan,  banyak muslim yang malu atas identitas keislamannya, seperti pakaian dan hukum yang seharusnya digunakan. Islam sering dinilai hanya sebatas agama leluhur yang diteruskan oleh orangtua tanpa memahami lebih dalam Islam itu sendiri. Pemahaman Islam yang belum menyeluruh inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan akhlak muslim dewasa ini.

Islam lahir sebagai agama universal dan mengayomi seluruh manusia. Semua insan terlahir sama. Ras, suku, negara, gender, dan tingkat ekonomi sosial tidak pernah menjadi pembeda derajat mereka di sisi Allah SWT. Hanya ketaqwaan manusia itu sendiri yang membedakan mereka di hadapan Sang Pencipta. Kedatangan Islam pun mampu melejitkan derajat wanita yang dulunya dianggap memiliki derajat yang jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Islam mengajarkan keadilan dan kedamaian tanpa sedikit pun membeda-bedakan. Hukum-hukum dalam Islam bersifat logis dan realistis. Al-Qur’an disertai sunnah Rasulullah yang menjadi pedoman hidup manusia merupakan bentuk nyata betapa besarnya kasih sayang Allah SWT. Dari bangun tidur sampai tertidur kembali, dari ujung kaki hingga ujung rambut, dan dari diri sendiri hingga bermasyarakat, semua aspek kehidupan tertera pedomannya dalam ajaran Islam. Kebebasan dalam kreativitas, berbicara, berkarya, dan berprestasi pun didukung selama tidak bertentangan dengan syari’at. Demikian mengagumkannya kompleksitas ajaran.
Islam yang dengan sederhana menjangkau seluruh kondisi makhluk-Nya. Hukum Islam menyajikan ketentuan yang paling adil dan setara dengan perbuatan yang dilakukan manusia. Tanpa tuntunan, boleh jadi kehidupan manusia akan mundur ribuan tahun lamanya, dan manusia dan hewan tak ada bedanya. Sebab, Allah SWT yang paling memahami sifat – sifat hambanya. Contoh sederhananya adalah ekonomi Islam yang kebenarannya mulai dikagumi dan diaplikasikan oleh dunia barat. Inggris kini sebagai pusat perbankan syariah di Eropa mengakui besarnya peningkatan kepercayaan masyarakat karena sistem keterbukaan dalam pengelolaan perbankan dan rasionalitas dalam mengambil keuntungan. Semakin jauh manusia memperdalam ilmu, semakin terungkap pula cahaya kebenaran Islam. Adanya relativitas waktu yang telah tertera di Al-Qur’an seperti pada surat As-Sajdah ayat 5, baru dapat diungkapkan oleh Einstein pada awal abad ke-20. Dokter Keith L. Moore, ahli embriologi tersohor dunia, tercengang kagum dan mengakui kecocokan proses penciptaan manusia dalam Al-Qur’an dengan ilmu embriologi modern yang baru terpecahkan oleh manusia sekitar abad 20.

 

Penasaran lanjutannya? Yuk baca selengkapnya di:

Penulis : Raania Amaani – FKUI 2014

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *