Bercanda Itu Ada Batasnya, Sob!

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh.

Hai, Sob! Kamu suka bercanda dengan teman-teman kamu? Bercanda cekikikan yang kadang sampai gabisa berhenti?

Benar banget. Seru memang menghabiskan waktu bersama teman, sahabat, keluarga, sambil bercanda bersama. Lumayan untuk melepas penat dan merilekskan diri disela kesibukan yang menguras tenaga dan pikiran.

TETAPI.. watch out, Sob! Karena bercanda itu ada batasnya! Tidak seperti sabar yang tidak ada batasnya~

Pada tulisan ini, insyaAllah kita akan membahas tentang adab bercanda, ya. Buat kamu, para pembaca, yang suka bercanda, bersiaplah karena mungkin kamu akan banyak tertohok dengan tulisan ini –begitupun dengan penulis.

Bismillahirrahmanirrahiim…

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bercanda, kok!

Jangan salah, Sob, bukan berarti bercanda itu tidak boleh loh, karena Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam pun bercanda. Namun, Rasulullah tidak pernah bercanda berlebihan, ada batasnya. Bahkan kalau tertawa pun tidak sampai terbahak-bahak, hanya tersenyum saja. Konten yang dibercandakan pun selalu yang benar. Sebagaimana tertera pada hadits berikut.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Aku belum pernah melihat Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan amandelnya, namun beliau hanya tersenyum.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pun menceritakan bahwa para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai, Rasullullah! Apakah engkau juga bersendau gurau bersama kami?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan sabdanya, “Betul, hanya saja aku selalu berkata benar.” (HR. Imam Ahmad. Sanadnya Shahih)
Jadi, bagaimana sih adab bercanda yang seharusnya?

Tenang, kita tetap boleh bercanda kok, manusiawi. Walaupun begitu, highlight hal-hal berikut ya!

1.Meluruskan niat, yaitu bercanda untuk menghilangkan rasa bosan, penat, dan lesu. Sebagaimana Hadits pertama yang mengatakan bahwa segala amal perbuatan itu akan dibalas sesuai dengan niatnya. Sudah luruskah niat kita saat bercanda? Apakah untuk menghina orang lain? Apa supaya dipuji orang lain? Astaghfirullah.

2. Tidak berlebihan, ada batasnya. Karena terlalu banyak bercanda akan menurunkan kehormatan dan wibawa seseorang. Astaghfirullah.

3. Jangan bercanda dengan orang yang tidak suka bercanda. Pernah ga kita bercanda, namun orang yang diajak bercanda justru marah atau menunjukkan wajah tidak menyenangkan? Pasti pernah deh, ayo ngaku. Nah, yang seperti ini tidak boleh dilanjutkan. Karena dapat membuat orang tersebut tersinggung dan menjadi tidak nyaman dengan kamu. Astaghfirullah.

4. Tidak boleh menakut-nakuti. Nah ini, sering banget terjadi nih. Contohnya, temenmu tidak suka dengan kecoa, kemudian kamu justru memberinya kecoa –baik asli atau tiruan– kepada temenmu itu. Bahkan sampai temanmu ini nangis! Astaghfirullah.

Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.” (HR. Abu Dawud)

5. Tidak berdusta dalam bercanda. Nah, poin ini mungkin secara tidak sadar sering kita alami. Kita berbohong akan suatu hal, demi membuat orang-orang tertawa. Astaghfirullah.

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku menjamin dengan sebuah istana di bagian tepi surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun ia berada di pihak yang benar, sebuah istana di bagian tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meski ia sedang bercanda, dan istana di bagian atas surga bagi seseorang yang memperbaiki akhlaknya.” (HR. Abu Dawud).

Rasullullah pun telah memberi ancaman terhadap orang yang berdusta untuk membuat orang lain tertawa dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celakalah seseorang yang berbicara dusta untuk membuat orang tertawa, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).

6. Tidak melecehkan kelompok tertentu. Misalnya dengan melecehkan profesi tertentu, penduduk daerah tertentu, atau membuatnya terlihat keji demi membuat orang lain tertawa. Mungkin sehari-hari kita tidak terlalu sering melakukan ini, tetapi sering ga sih di acara komedi di TV satu tokoh dibuat sangat jelek, bahkan dihina-hina, demi membuat orang lain tertawa. Astaghfirullah.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Hujurat: 11)

7. Tidak menggunakan perbuatan atau kata-kata yang buruk. Ini seringkali ditemukan di kalangan anak muda nih, kata-kata buruk dikeluarkan semua demi membuat orang lain tertawa. Astaghfirullah.

“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian.” (QS. Al-Isra’: 53)

8. Tidak banyak tertawa dan berlebihan. Ini sih poin yang paling sulit. Seringkali kita bersenang-senang dan bercanda, kemudian tertawa terpingkal-pingkal tanpa henti, dan terbahak-bahak sampai terdengar seruangan. Batasi, Sob! Terutama kamu, para perempuan, jangan tertawa berlebihan, ya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan agar tidak banyak tertawa, “Janganlah kalian banyak tertawa. Sesungguhnya banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)

9. Tidak bercanda dalam perkara serius. Misalnya saat sedang belajar, persidangan, majelis ilmu, dan semacamnya. Perkara serius lainnya terkait dengan masalah agama, seperti menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dan simbol-simbol agama untuk bercanda. Naudzubillah.

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah. ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok?” Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan dari kalian (lantaran mereka bertobat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (Q.S At-Taubah: 65-66)

Istighfar. Istighfar. Istighfar.

Jujur, penulis sendiri termasuk orang yang sangat suka bercanda, dan bisa dibilang tiada detik tanpa tertawa. That’s why, penulis sangat tertohok saat mengetahui adab bercanda ini. Begitu banyak kebiasaan buruk dalam bercanda yang penulis lakukan, entah disadari atau tidak. Astaghfirullah.

Kasusmu sama dengan penulis? Tenang, setidaknya kita sudah menyadari bahwa kita salah, Sob! Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Setiap anak Adam pasti ada salahnya dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang banyak bertaubat.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Yuk, sama-sama berubah! Yuk, sama-sama berhijrah! Semoga Allah memudahkan jalan kita bersama untuk bertaubat, ya. Aamiin.

 

Sumber:

Bercanda Ada Batasnya

http://www.abanaonline.com/2017/03/adab-bercanda-dalam-islam-sesuai-rasulullah.html

http://www.annida-online.com/6-larangan-bercanda-dalam-islam.html

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *