Anak Rantau itu Spesial

Kamu mahasiswa baru? Pertama kalinya merantau? Jika iya, tentu saja, maka kamu tidak sendirian kok. Menjadi anak rantau untuk pertama kalinya memang terasa berat, tapi tahukah kalian, dengan merantau ada banyak pengalaman luar biasa. Apa yang kamu rasakan pertama kalinya ketika merantau? Kangen rumah? Kangen keluarga? Semuanya jadi serba mandiri?

Coba kita lihat lagi ke niat awal kita. Kenapa kamu memilih UI sebagai tempat menuntut ilmu kamu? Ya, ada banyak jawaban. Mungkin jawaban kalian, “UI adalah universitas impian saya” atau apapun alasanmu, yang jelas kamu sudah benar-benar berniat untuk menuntut ilmu di UI. Nah, setelah nasib membawa kita ke UI, maka seharusnya kita pun meniatkan juga untuk merantau, untuk pergi meninggalkan kampung halaman dan keluarga demi niat menuntut ilmu terbaikmu disini.

Anak Rantau dan Masalah-Masalahnya

Pertama kalinya ngerantau pasti kamu merasa berat sekali. Entah karena berat meninggalkan teman-teman SMA atau khususnya berat karena harus meninggalkan keluarga yang biasanya selalu menemani kehidupan kita sehari-hari. Pastinya, hal pertama yang harus disiapkan selain niat adalah mental. Ya, masalah serius yang sering muncul bagi anak rantau ialah masalah adaptasi dengan lingkungannya yang baru. Tidak mudah bagi anak rantau daerah yang tiba-tiba saja hidup sendiri di sebuah kota metropolitan. Biasanya anak rantau pasti akan merasakan culture shock untuk pertama kalinya. Tidak ingin membandingkan, namun biasanya perbedaan budaya antara daerah dengan kota metropolitan biasanya terasa berbeda seratus delapan puluh derajat.

Selain budaya yang berbeda, kota metropolitan juga terkenal dengan gaya hidup yang ‘wah’. Anak rantau yang berprinsip ‘hemat’ pasti geleng-geleng kepala untuk pertama kalinya mengetahui betapa ‘wah’-nya kehidupan di kota metropolitan. Lirik saja harga makanan di warung yang mungkin 3x lipat dari harga-harga makanan di daerahmu. Selain itu, kita pun harus jeli dalam masalah pemilihan tempat tinggal. Kita dapat memilih untuk tinggal di asrama, kos, atau kontrakan, dan sehingga bisa kita sesuaikan dengan kemampuan kita.

Secara normal, biaya hidup di kota metropolitan memang sangat tinggi. Tapi buat para anak rantau dengan semangat membara yang tak kenal lelah, janganlah kalian menambah pusing kepala kalian dengan berpikir “Wah, ternyata tidak hanya mikirin biaya pendidikannya aja ya, ada tambahan biaya hidup yang ‘wah’ juga. Duh nyesel nih masuk UI!” Sesungguhnya, itu barulah ujian awal kita sebagai anak rantau. Untuk mengatasinya, kita bisa berusaha mencari beasiswa sebanyak-banyaknya.

Tenang saja, insya Allah selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan yang menimpa kita.

Jalan Keluar?

Tak Kenal Maka Tak Sayang

“Saya anak rantau. Saya seorang diri dari daerah asal saya dan saya belum mengenal siapa pun di sini.”

Kamu tidak sendiri, kok. Ada banyak mahasiswa yang juga senasib dengan kamu. Berarti, kamu harus berani mengenal teman-temanmu.  Kamu bisa mulai dari berkenalan dengan sesama “anak daerah” terlebih dahulu agar meningkatkan semangat kita dalam merantau juga karena “sama-sama senasib” dan munculnya rasa aman. Namun, jangan kamu dibatasi, dari situ, kamu juga harus mulai berkenalan dengan orang sekitarmu.

Satu hal lagi, buat anak rantau janganlah kalian sekali-kali merasa takut, tidak percaya diri, atau down. Biasanya, diawal timbul rasa waswas seperti, “Wah si A ternyata anak OSN”, “Wah dia anak hits” atau lainnya. Tenang tenang, kita semua itu sama. Sama-sama menjadi mahasiswa baru yang telah berhasil menembus universitas ini dan semua mahasiswa pun akan memulai lagi dari 0. Jadi, jangan takut atau khawatir. Untuk menghilangkan rasa itu, carilah teman sebanyak-banyaknya dan koneksi seluas-luasnya, kerja keras, beribadah pun keras, mengembangkan diri sebaik-baiknya, dan buatlah mereka percaya atas kemampuan dirimu.

Bersulit-Sulit Dahulu

Pada tahu BOPB kan? Nah, selain beasiswa, boleh banget dicoba BOPB. Dengan BOPB, maka biaya kuliah kita pun bisa disesuaikan dengan kemampuan penanggung biaya.

Bagaimana caranya?. Cukup lengkapi saja berkas-berkas yang disyaratkan.

“Wah, berkas-berkas yang harus dilampirkan banyak banget.” Tidak apa-apa, bersulit-sulitlah terlebih dahulu dan bersenang-senanglah kemudian. Memang sulit di awal tapi etelah itu kita bisa memetik buahnya yang manis. Dengan BOPB atau beasiswa, satu masalah mengenai biaya hidup telah berkurang.

*******

Jadi anak rantau memang bermacam-macam rasanya! Namun, itulah yang membuat anak rantau itu spesial. Kesungguhan berjuang, pendirian yang teguh, pemikiran yang mandiri, dapat kamu petik sebagai nilai plus yang melengkapi kesungguhan niatmu menuntut ilmu.

Tetap semangat ya!

Penulis: Aldeka Kamilia Mufidah – FKUI 2015

 

 

Leave A Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *